Manajemen Perubahan
Rintangan terbesar yang kita hadapi dalam proses inovasi model bisnis adalah mengatasi hambatan internal. Jika hambatan ini berhasil diatasi, maka penerapan inovasi itu dapat berjalan dengan berhasil. Lalu mengapa ada karyawan yang menentang perubahan tersebut? Jawaban sederhananya adalah, mereka tidak siap dengan perubahan. Berdasarkan survei tahunan dari McKinsey, sekitar 70% inisiatif perubahan berakhir dengan kegagalan. Hambatan utama yang menjadi penyebab kegagalan tersebut, hampir 60% nya adalah sikap karyawan dan perilaku jajaran manajemen yang tidak mendukung. Keadaan ini tidak berubah selama bertahun-tahun, karena orang-orang tersebut tidak menghendaki perubahan. Mereka tidak setuju dengan model bisnis yang baru karena ilmu yang mereka pelajari tidak terpakai lagi, dan mereka takut akan kehilangan sesuatu.
Berikut ini adalah beberapa kekhawatiran yang sering diungkapkan oleh karyawan ketika kita akan menerapkan model bisnis baru di dalam perusahaan:
- Perusahaan kita akan jadi seperti apa ketika model bisnis ini telah diterapkan?
- Apakah kita merusak bisnis kita saat ini? Apakah kita punya sumber daya yang mencukupi?
- Seperti apa pengelolaan usaha kita nanti?
- Apakah inovasi ini baik untuk pengelolaan perusahaan kita?
- Bukankah lebih baik kita mempertahankan apa yang sudah sering kita lakukan?
- Kenapa sekarang kita harus berubah, toh semuanya masih berjalan dengan baik kan?
- Pesaing-pesaing kita juga tidak melakukan perubahan kok
- Bagaimana perubahan interaksi dengan unit usaha lainnya?
- Bagaimana nasib saya kalau skill saya sudah tidak terpakai lagi?
- Dimana posisi saya dalam perubahan ini?
Secara pribadi sebagian mereka memikirkan:
- Apa yang akan terjadi dengan unit usaha/ departemen saya?
- Apakah saya akan kehilangan pekerjaan dan uang?
- Apakah perubahan ini mengancam saya?
- Apa manfaatnya untuk saya?
- Apa yang akan saya alami?
Manajemen perubahan memerlukan jiwa kepemimpinan yang kuat. Semata-mata mengirimkan karyawan kita untuk mengikuti pelatihan atau mengirim nota dinas tentang perubahan tidak akan banyak membuahkan hasil. Tanpa perubahan manajemen, analisa paling menyeluruh sekalipun tidak akan bisa berkembang. Model bisnis hanya akan dapat berjalan baik jika diterapkan dengan baik pula. Dan semua ide, betapapun bagusnya akan tetap gagal jika tanpa dukungan direksi. Dalam membuat sebuah perubahan PT. CIRILL INDONESIA selalu dimulai oleh Top Manajemen, hal ini dilakukan agar perubahan atau inovasi yang dicanangkan dapat berjalan sesuai keinginan perusahaan. Dengan dimulai dari top manajemen, semua pihak akan dengan penuh kesadaran mengikuti apa yang dicanangkan oleh pihak Top manajemen. Sehingga semua target yang ingin dicapai akan terlaksana.
Merubah model bisnis adalah hal serius, sehingga sebelum menyampaikan ke level terbawah, pihak Top manajemen harus mempersiapkan hal-hal yang menjadi jawaban pertanyaan dari semua pihak yang ada di dalam perusahaan, dengan demikian pada saat pertanyaan-pertanyaan itu muncul pihak manajemen sudah mempunyai alternatif jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan metode seperti tersebut AMDK CIRILL telah menjadi air minum pilihan masyarakat, karena memiliki konsep unik yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis. Dengan kemampuannya dalam mengelola perubahan, PT. CIRILL INDONESIA telah menjadi satu-satunya perusahaan AMDK dengan Added value yang luar biasa. AMDK CIRILL Pilihan kita semua.
