
Mitos Inovasi Model Bisnis
Land, pada tahun 1993 dalam laporannya ia menuliskan” Kami menyimpulkan bahwa perilaku non kreatif itu berasal dari pembelajaran”. Dengan kata lain, orang dewasa kalah kreatif bila dibandingkan dengan anak-anak dan mereka memerlukan bantuan teknik kreatifitas. Menariknya, banyak alat untuk membantu kreatifitas, tetapi tidak ada yang cocok untuk ranah pengembangan model bisnis.
Secara keseluruhan, inovasi model bisnis masih menjadi tugas yang misterius bagi para manager. Beberapa mitos inovasi model bisnis berikut ini sering mempengaruhi para manager:
- Mitos peningkatan awal:
“Kesuksesan dalam berbisnis berasal dari ide yang belum pernah dimiliki oleh orang lain”, faktanya sebuah model bisnis baru seringkali berasal dari bidang usaha orang lain. Contohnya, Charles merrill sengaja menerapkan konsep yang diterapkan di supermarket pada bidang perbankan saat ia mendirikan Merrill Lynch. Dengan demikian, ia menciptakan model bisnis keuangan ala supermarket.
- Mitos “Pemikiran Besar”:
“Inovasi Model bisnis biasanya radikal dan baru”. Kebanyakan orang mengaitkan model bisnis baru dengan lompatan besar yang dilakukan oleh perusahaan penyedia layanan internet. Faktanya inovasi model bisnis memerlukan proses layaknya inovasi produk
- Mitos Teknologi:
“Setiap model bisnis didasarkan pada teknologi baru yang menginspirasi kemunculan produk baru”. Faktanya, teknologi baru memang bisa menggerakkan model bisnis baru, namun sifatnya umum. Maka kreatifitas tetap diperlukan dalam menerapkan teknologi itu untuk merevolusi sebuah bisnis. Pelaksanaan bisnis dan penggunaan teknologi spesifik lah yang menjadi penentunya. Inovasi teknologi demi aspek teknologi itu sendiri hanya akan menghambat proses inovasi. Langkah paling revolusioner adalah menemukan potensi ekonomi dari teknologi baru tersebut.
- Mitos Keberuntungan:
“Inovasi model bisnis hanyalah faktor keberuntungan dan tidak dapat dilakukan secara sistematis”. Namun faktanya, kita harus bekerja keras untuk menciptakan model bisnis baru, sama seperti ketika kita berupaya menghasilkan teknologi, produk, dan proses after sales, atau konsep logistik baru. Inovasi model bisnis memerlukan motivasi dan keteguhan. Kita harus merencanakan dan menyiapkannya dengan matang, sama seperti ketika seseorang akan pergi ke tempat yang belum diketahui. Melangkah secara sistematis memang tidak menjamin keberhasilan inovasi ini, tetapi sikap ini akan sangat meningkatkan kemungkinan sukses.
- Mitos Kecerdasan:
“Hanya orang yang cerdas dan kreatif saja yang dapat menghasilkan ide-ide inovatif”. Kesuksesan di masa kini semakin tidak ditentukan oleh kecerdasan otak manusia. Tim yang terdiri atas orang-orang dengan disiplin ilmu berbeda yang menjangkau berbagai bidang dan perusahaan telah menggantikan penemu-penemu cerdas tersebut.
- Mitos Ukuran:
“Terobosan besar memerlukan sumber daya yang besar pula”. Faktanya, perusahaan skala kecil yang baru berdiri bertanggung jawab terhadap revolusi model-model bisnis terpenting. Lihat saja Google, Facebook, yang dulu dipandang sebelah mata oleh perusahaan IT sejenis, kini telah menjadi raksasa teknologi informasi yang menguasai hampir seluruh sektor bisnis.
- Mitos Riset dan Pengembangan
“Bagian penelitian dan pengembangan adalah sumber inovasi penting”. Realitasnya, inovasi model bisnis bersifat lintas disiplin. Teknologi dapat berperan penting, namun hanya berguna jika sesuai dengan model bisnisnya. Semangat perubahan berasal dari mana saja di sumua bagian perusahaan. Inovasi tidak semata-mata muncul dari unit riset dan pengembangan, yang biasanya bertanggung jawab terhadap pengembangan produk-produk baru. Unit lainnya yang terdiri atas unit strategi, pemasaran, after sales, IT, produksi, logistik dan pembelian juga tidak kalah penting. Seperti yang diungkapkan oleh Theodor Niehaus, seorang direktur utama Festo Didactic, “Inovasi model bisnis adalah tugas setiap pegawai, baik itu pemegang saham maupun petugas kebersihan”.